Sabtu, 13 Juni 2015

PENGARUH PENERAPAN IFRS TERHADAP MANAJEMEN LABA DAN MANFAAT INCOME SMOOTHING

Pada pembahasan sebelumnya, telah diungkapkan bahwa akuntansi internasional adalah penghubung antara negara yang kaitannya dengan ekonomi. Namun pada masing-masing negara memiliki standar sistem akuntansi yang berbeda. Tujuan adanya akuntansi internasional adalah sebagai dasar atau standar untuk suatu negara dalam melakukan pelaporan oleh perusahaan di masing-masing negara tersebut. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa keingintahuan yang begitu luas terhadap perusahaan-perusahaan di dunia sebagai alasan yang kuat bahwa IFRS memiliki peranan penting di dalamnya. Dengan munculnya dorongan untuk melakukan perbedaan dan perbandingan tersebut, maka lahirlah istilah yang disebut dengan harmonisasi. Harmonisasi sendiri secara harafiah diartikan sebagai proses untuk meningkatkan kompabilitas atau kesesuaian pada praktik akuntansi dengan menentukan batasan-batasan seberapa besar praktik-praktik tersebut dapat berbeda-beda. Standar yang diciptakan berdasarkan harmonisasi ini tidak tercampur aduk dengan pola pikir logika dan akan meningkatkan daya banding informasi keuangan yang berasal dari berbagai negara.
Kembali lagi, penerapan IFRS sebagai standar global akan berdampak pada semakin sedikitnya pilihan-pilihan metode akuntansi yang dapat diterapkan sehingga akan mengurangi praktik-praktik kecurangan akuntansi (Prihadi, 2011:4). Banyak dan mudahnya saat memilih metode akuntansi yang akan digunakan, terkadang dapat memotivasi manajer untuk memilih salah satu metode akuntansi tersebut atau mengubah laporan perusahaan dengan tujuan untuk meningkatkan, menurunkan atau meratakan angka pendapatan dari tahun ke tahun. Istilah umum ini umumnya dikenal dengan praktek income smoothing, yaitu merepresentasikan usaha manajer untuk  menggunakan keleluasan dalam pelaporan untuk dengan sengaja meredam fluktuasi realisasi pendapatan perusahaan (Beidleman, 1973).Schipper (1989) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu intervensi yang memiliki tujuan tertentu dalam proses pelaporan keuangan eksternal demi mendapatkan keuntungan pribadi. Manajemen laba akan mengakibatkan laba tidak sesuai dengan realitas ekonomi yang ada sehingga kualitas laba yang dilaporkan menjadi rendah. Laba yang disajikan mungkin tidakmencerminkan realitas ekonomi, tetapi lebih karena keinginan manajemen untuk memperlihatkan sedemikian rupa sehingga kinerjanya dapat terlihat baik.
Ada beberapa bentuk manajemen laba yang dapat dilakukan manajer, antara lain (Scott, 2009) :
1.             Taking a bath
Taking a bath dilakukan dengan mengakui adanya biaya-biaya pada periode yang akan datang dan kerugian periode berjalan sehingga mengharuskan manajemen membebankan perkiraan-perkiraan biaya mendatang, akibatnya laba periode berikutnya akan lebih tinggi.
2.             Income minimization
Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang tinggi sehingga jika laba periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya.
3.             Income maximization
Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar.
4.             Income Smoothing
Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor menyukai laba yang relatif stabil.
Sekilas membahas mengenai Income Smoothing, Eckel (1981) menyebutkan bahwa ada dua jenis income smoothing, yaitu natural smoothing dan intentionally smoothed by management. Natural smoothing menunjukkan pendapatan yang secara alamiah mempunyai fluktuasi pendapatan yang rendah, sehingga bisa dikatakan merata. Sedangkan intentionally smoothedby management dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) macam, yaitu real smoothing dan artificial smoothing. Real smoothing adalah income smoothing yang dilakukan oleh manajemen dengan secara aktual mengevaluasi dan menentukan transaksi yang akan diambil atau tidak berdasarkan pengaruh perataannya pada pendapatan (smooth effect), sedang artificial smoothing adalah smoothing yang dilakukan oleh manajemen untuk memperbaiki penampilan laporan keuangan dengan memanipulasinya. Manipulasi ini tidak mencerminkan transaksi yang menjadi dasar laporan (underlying transaction).
Lalu apa hubungannya IFRS dengan income smoothing? Bukan rahasia umum lagi jika keuntungan atau laba merupakan satu dari sekian informasi yang memiliki andil dalam suatu laporan keuangan dan sangat penting bagi pihak internal maupun eksternal perusahaan. Karena itulah pihak manajemen berpotensi untuk memanipulasi data dengan cara meratakan laba, disamping itu perhatian investor akan terpusat pada informasi laba yang disajikan. Menurut Koch (1981), perataan laba yang dilakukan adalah cara yang digunakan oleh manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan, baik melalui manipulasi metode akuntansi atau transaksi. Adanya penyesuaian dari standar suatu negara ke dalam IFRS dapat mempengaruhi atau menghasilkan perbedaan pada laporan suatu perusahaan.
Perbedaan yang jelas seperti diungkapkan oleh Daske dan Gunther (2006) pada penelitiannya. Pada penelitian yang mereka lakukan menyatakan bahwa dengan pengadopsian IFRS mampu meningkatkan kualitas financial statement. Namun di sisi lain penelitian yang dilakukan Ball et all (2003) menunjukkan bahwa standar berkualitas tinggi tidak selalu menghasilkan informasi akuntansi berkualitas tinggi. Simpulan dari penelitian tersebut menjelaskan bahwa ini diakibatkan buruknya insentif terhadap si pembuat laporan keuangan. Sedangkan kualitas pelaporan ditentukan oleh faktor ekonomi dan politik di negara yang bersangkutan yang mempengaruhi insentif manajer dan auditor, bukan sekedar ditentukan oleh standar akuntansi nya saja. Sudah jelas bahwa meningkatnya kualitas informasi akuntansi tidak dapat dinilai dari satu sisi atau standar yang digunakan, namun juga pihak-pihak lain seperti manajer dan auditor, yang bertugas untuk melakukan pemeriksaan terhadap informasi tersebut dan pihak mengidentifikasi setiap kecurangan yang terjadi pada laporan keuangan.
Jika ditelisik kembali, standarisasi dan harmonisasi memiliki arti yang berbeda seperti yang dituturkan oleh Choi (2005). Standarisasi adalah penetapan aturan yang kaku, sempit, dan bahkan mungkin penerapan satu standar/aturan tunggal dalam segala situasi. Dalam standarisasi tidak mengakomodasi perbedaan-perbedaan antar negara, oleh karena itu sulit jika diimplementasikan secara internasional. Seperti yang dijelaskan diatas,bahwa harmonisasi jauh lebih fleksibel dan terbuka, tidak menggunakan pendekatan satu untuk semua, tetapi mengakomodasikan beberapa perbedaan. Jadi, suatu negara yang melakukan harmonisasi maka negara tersebut hanya membuat standar akuntansi yang mereka miliki tidak bertentangan dengan standar akuntansi internasional. Seperti yang diungkapkan oleh Media Akuntansi 2005, harmonisasi akuntansi dimaksudkan agar standar akuntansi yang dikeluarkan oleh badan penyusun standar di setiap negara selaras dengan International Accounting Standards (IAS) yang ditetapkan oleh IASC. Secara teknisnya, pengaturan yang ditetapkan tidak perlu sama asalkan tidak saling bertentangan sehingga standar akuntansi nasional dikatakan harmonis dengan IAS.
Upaya untuk melakukan harmonisasi standar akuntansi telah dimulai jauh sebelum pembentukan Komite Standar Aakuntansi Internasional pada tahun 1973. Beberapa waktu yang lalu sejumlah perusahaan yang berusaha memperoleh modal di luar negara asal dan para investor yang berusaha melakukan diversifikasi investasi secara internasional menghadapi masalah yang makin meningkat sebagai akibat perbedaan nasional dalam hal akuntansi, pengungkapan dan audit. Harmonisasi akuntansi mencakup :
1.        Standar akuntansi (yang berkaitan dengan pengukuran dan pengungkapannya
2.        Pengungkapan yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan publik terkait dengan penawaran surat berharga dan pencatatan pada bursa efek
3.        Standar audit
Adapun manfaat harmonisasi internasional adalah :
1.        Secara umum semua laporan keuangan menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa induk, karena bahasa Inggris digunakan di seluruh dunia
2.        Kalangan usaha akan mengalami manfaat yang cukup besar dalam perencanaan biaya, biaya sistem dan pelatihan
Kerugian yang diperoleh dengan adanya harmonisasi adalah : perpajakan dan jaminan sosial berpengaruh terhadap efisiensi nasional. Persetujuan terhadap sistem perpajakan akan menjadi pendirian sperti sistem kartel dan akan menghilangkan manfaat yang akan diperoleh dalam persaingan antar negara. Selanjutnya, bagaimana dengan GAAP global yang terharmonisasi? Tentu saja mempunyai manfaat antara lain :
1.        Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak di seluruh dunia tanpa hambatan berarti. Standar pelaporan keuangan yang berkualitas tinggi yang digunakan secara konsisten di seluruh dunia akan memperbaiki efisiensi alokasi modal.
2.        Investor dapat membuat keputusan investasi yang lebih baik, portofolio akan lebih beragam dan resiko keuangan berkurang.
3.        Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan strategi dalam bidang merger dan akuisisi
4.        Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standar dapat disebarkan dan mengembangkan standar global yang berkualitas tinggi.
Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan (Mulyadi, 2002:3). Profesi akuntan publik bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan, sehingga masyarakat memperoleh informasi keuangan yang andal sebagai dasar pengambilan keputusan. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa adanya hubungan antara kualitas audit dengan ukuran perusahaan audit. Hubungan tersebut terjadi dalam kaitannya dengan reputasi perusahaan audit tersebut. De Angelo (1981) berargumentasi bahwa kualitas audit secara langsung berhubungan dengan ukuran dari perusahaan audit, dengan proksi untuk ukuran perusahaan audit adalah jumlah klien. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perusahaan audit yang besar akan berusaha untuk menyajikan laporan audit yang lebih berkualitas dibandingkan dengan perusahaan audit yang kecil.Dye (1993) dalam Djamil (2010) mengatakan bahwa auditor yang mempunyai kekayaan atau aset yang lebih besar mempunyai dorongan untuk menghasilkan laporan audit yang lebih akurat dibandingkan dengan auditor dengan kekayaanyang lebih sedikit. Auditor yang memiliki kekayaan lebih besar (deeper pockets) adalah audit size firms yang besar.De Angelo (1981) dalam Djamil (2010) mendefinisikan audit quality (kualitas audit) sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan antara kualitas audit dengan ukuran perusahaan audit. De Angelo (1981) berargumentasi bahwa kualitas audit secara langsung berhubungan dengan ukuran dari perusahaan audit, dengan proksi untuk ukuran perusahaan audit adalah jumlah klien. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perusahaan audit yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan audit yang kecil. Caramians dan Lennox (2008) dalam Tsalaouvotas et al. (2010) menyatakan bahwa big 5 audit firms memiliki jam kerja yang lebih tinggi (audit efforts) daripada kantor audit yang non big 5, sehingga dengan jam kerja yang lebih tinggi ini ditemukan bahwa earning management yang mempengaruhi kualitas akuntansi semakin rendah.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk meneliti pengaruh standar akuntansi, terutama dengan diadopsinya IFRS (baik secara sukarela maupun diwajibkan) terhadap kinerja keuangan perusahaan.Morais dan Curto (2008) meneliti apakah pengadopsian IFRS di Portugal berdampak terhadap meningkatnya kualitas laba dan relevansi nilai dari data akuntansi dari 34 perusahaan Portugal yang terdaftar di bursa sebelum pengadopsian IFRS (tahun 1995-2004) dan setelah pengadopsian IFRS (tahun 2004-2005). Mereka menemukan bahwa selama periode ketika perusahaan mengadopsi IFRS, perusahaan lebih sedikit melakukan earning smoothing.Jeanjean dan Stolowy (2008) meneliti dampak keharusan mengadopsi IFRS terhadap manajemen laba dengan mengobservasi 1146 perusahaan dari Australia, Prancis, dan UK mulai tahun 2005 hingga 2006. Mereka menemukan bahwa manajemen laba di negara-negara tersebut tidak mengalami penurunan setelah adanya keharusan mengadopsi IFRS, dan bahkan meningkat untuk Prancis.Barth et al. (2008) meneliti kualitas akuntansi sebelum dan sesudah dikenalkannya IFRS dengan menggunakan sampel sebanyak 327 perusahaan di 21 negara yang telah mengadopsi IAS secara sukarela antara tahun 1994 dan 2003. Dalam penelitian ini ditemukan bukti bahwa setelah diperkenalkannya IFRS, tingkat manajemen laba menjadi lebih rendah, relevansi nilai menjadi lebih tinggi, dan pengakuan kerugian menjadi semakin tepat waktu, dibandingkan dengan masa sebelum transisi di mana akuntansi masih berdasarkan local GAAP.











DAFTAR PUSTAKA

Dian Rohaeni dan Titik Aryati. 2012. PENGARUH KONVERGENSI IFRS TERHADAP INCOME SMOOTHING DENGAN KUALITAS AUDIT SEBAGAI VARIABEL MODERASI. Universitas Lambung Mangkurat
Farichah. 2009. ANALISIS HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK DAN KUALITAS PENGUNGKAPAN PADA LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN DI INDONESIA. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 14. No. 2
Irawati M., Tanti. 2001. PENGENALAN AUDIT MUTU INTERNAL BERDASARKAN STANDAR MUTU ISO SERI 9000. Fokus. Vol. 2. No. 3
Juwita, Rahma Hafiza. 2008. PENGARUH KEAHLIAN, KECERMATAN PROFESIONAL DAN KEPATUHAN PADA KODE ETIK TERHADAP KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada Perwakilan BPKP Provinsi Sumatera Barat). Skripsi. Universitas Negeri Padang
Papeke, Intan Bias. 2015. ANALISIS TERHADAP HUBUNGAN ANTARA KONVERGENSI INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDAR (IFRS) MANAJEMEN LABA DAN KUALITAS AUDIT (Studi Empiris pada Industri Properti dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007 dan 2013).  Skripsi. Universitas Diponegoro
Purba, Martalina K. 2014. HUBUNGAN UKURAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK DENGAN KUALITAS AUDIT. Skripsi. Universitas Diponegoro
Wiyani, Natalia T. 2012. STANDARISASI, HARMONISASI, DAN KONVERGENSI IFRS                                        (International Financial Reporting Standards and Practices).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar