Globalisasi memberi perubahan pada seluruh aspek kehidupan,
dalam bidangilmu pengetahuan dan teknologi,
gaya hidup, sistem pertukaran informasi, danperubahan dunia usaha
di
Indonesia. Berkembangnya
dunia usahamemberi konsekuensikepada persaingan yang semakin kompetitif, dan perubahan carapandang pelaku usaha.Perubahan juga terjadipada parameterpenilaian terhadap perusahaan.Keterbatasan dalam
menjelaskan nilai perusahaan, mengakibatkan informasi laporan keuangan
seringkali dianggap kurang memadai sebagai pelaporan kinerja keuangan. Dengan
katalain, informasi akuntansi tidak dapat digunakan dalam pembuatan keputusan
investasi dan kredit.Seharusnya ada informasi lain yang perlu disampaikan
kepada para pengguna laporan keuangansehingga dapat menjelaskan nilai lebih
yang dimiliki perusahaan.Agar terus bertahan,
perusahaan-perusahaan tersebut harus dengan cepat mengubah strateginya dari
bisnis yang didasarkan pada tenaga kerja (labor-based
business) menuju knowledge based
business (bisnis berdasarkan pengetahuan), sehingga karakteristik utama perusahaannya
menjadi perusahaan berbasis ilmu pengetahuan. Perkembangan ekonomi baru
dikendalikan oleh informasi dan
pengetahuan, hal ini membawa sebuah peningkatan perhatian intellectual capital sebagai
alat untuk menentukan nilai perusahaan (Stewart, 1997; Hong, 2007), sehingga penelitian
tentang intellectual capital menjadi
sebuah tantangan yang patut dikembangkan.
Namun sebelumnya apakah yang dimaksud dengan Intellectual Capital? Menurut Nahapiet
dan Ghosal (1998), IC mengacu pada pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh
suatu kolektivitas sosial, seperti sebuah organisasi, komunitas intelektual,
atau praktek profesional.IC terdiri tiga elemen dasar, mereka adalah modal
manusia, modal struktural,dan modal pelanggan. ada kenyataannya, ini adalah
kekuatan nyata perusahaan dalam memproduksi, mengembangkan, dan membawa
perusahaan ke masa depan. Sebenarnya masih banyak definisi dari modal
intelektual menurut pakar dan kalangan bisnis,
namun secara umum jika diambil suatu benang merah dari
berbagai definisi intellectual capitalyang
ada, maka intellectual capital dapat didefinisikan sebagai jumlah dari apa yang
dihasilkan oleh tiga elemen utama organisasi tersebut yangberkaitan dengan pengetahuan
dan teknologi yang dapat memberikan nilai lebih bagi perusahaanberupa
keunggulan bersaing organisasi.Implementasi Intellectual capital merupakan
sesuatu yang masih baru, bukan saja diIndonesia tetapi juga dilingkungan bisnis
global, hanya beberapa negara maju saja yang telah menerapkan konsep ini, contohnya
Australia, Amerika dan Rusia. Pada umumnya kalanganbisnis masih belum menemukan
jawaban yang tepat mengenai nilai lebih apa yang dimilikiperusahaan. Nilai
lebih ini sendiri dapat berasal dari kemampuan berproduksi suatu
perusahaansampai pada loyalitas pelanggan terhadap perusahaan. Nilai lebih ini
dihasilkan oleh IntellectualCapital yang dapat diperoleh dari budaya
pengembangan perusahaan maupun kemampuanperusahaan dalam memotivasi karyawannya
sehingga produktivitas perusahaan dapatdipertahankan atau bahkan dapat
meningkat.
Saat ini, proses pengambilan keputusan di dalam
perusahaan tidak cukup hanya didasarkan pada informasi keuangan yang bersifat mandatory saja, informasi yang bersifatvoluntary juga penting untuk
dipertimbangkan. Begitu juga tidak hanya tangible asset yangperlu diungkapkan,
soft/ intangible asset juga sangat penting untuk dilaporkan olehperusahaan.
Salah satu pendekatan yang digunakan dalam penilaian dan pengukuranknowledge
asset (aset pengetahuan) tersebut adalah dengan menggunakanIntellectual Capital (Petty dan Guthrie,2000). Pengungkapan
informasi mengenai Intellectual Capital
(IC) pada annual reportmerupakan salah satu pengungkapan yang bersifat voluntary. Salah satu area yang
menarikperhatian akademisi maupun praktisi adalah terkait dengan kegunaan Intellectual Capitalsebagai salah satu
alat untuk menentukan nilai perusahaan (Edvinsson dan Malone, 1997dalam Ulum,
2008). Telah banyak peneliti yang membuktikan bahwa Intellectual Capitaladalah salah satu penggerak yang menghasilkan
nilai (value) pada perusahaan. Hal inimemberi pandangan baru bahwa IC adalah
sumber daya yang penting bagi perusahaan, samahalnya dengan physical capital
dan financial capital (Solikhah, 2010). Pengakuan terhadap modal intelektual
atau IC merupakan penggerak nilai perusahaan dankeunggulan kompetitif
perusahaan makin meningkat, meskipun demikian pengukuran yangtepat atas modal
intelektual masih terus dicari dan dikembangkan (Chen et.al, 2005).
Jika dilihat kembali, terdapat tiga elemen pembentuk Intellectual Capital. Yang pertama
adalah Human Capital (Modal Manusia),
merupakan lifeblood dalam modal
intelektual. Disinilah sumber innovation
dan improvement berasal, tetapi
merupakan komponen yang sulit untuk diukur.Humancapital
juga merupakan tempat berasalnya pengetahuan yang sangat berguna,keterampilan,
dan kompetensi dalam suatu organisasi atau perusahaan. Human capitalmencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk
menghasilkan solusi terbaikberdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh
orang-orang yang ada dalam perusahaantersebut. Human capital akan meningkat jika perusahaan mampu menggunakan
pengetahuanyang dimiliki oleh karyawannya. Yang kedua adalah Structural Capital atau Organizational Capital (Modal
Organisasi), merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya
yang mendukung usaha karyawanuntuk menghasilkan kinerja intelektual yang
optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan,misalnya: sistem operasional
perusahaan, proses manufakturing, budaya organisasi, filosofimanajemen dan
semua bentuk intellectual property
yang dimiliki perusahaan.
Seorangindividu dapat memiliki tingkat intelektualitas
yang tinggi, tetapi jika organisasi memilikisistem dan prosedur yang buruk maka
intellectual capital tidak dapat
mencapai kinerja secaraoptimal dan potensi yang ada tidak dapat dimanfaatkan
secara maksimal. Dalam upayapengukuran elemen ini Edvinsson seperti yang dikutip
oleh (Brinker 2000) menyatakan hal-halsebagai berikut:
a.
Value
aquired process technologies only when they continue to the value of the firm
b.
Track
the age and current vendor support for the company process technology
c.
Measure
not only process performance specifications but actual value contribution to
corporate productivity
d.
Incorporate
an index of process performance ini relation to established process performance
goals
Yang
ketiga adalah Relational Capital atau
Costumer Capital (Modal Pelanggan),
merupakan Elemen ini merupakan komponen modal intelektual yang memberikan nilai
secara nyata. Relational capital merupakan hubungan yang harmonis/association
network yangdimiliki oleh perusahaan dengan para mitranya, baik yang berasal
dari para pemasok yangandal dan berkualitas, berasal dari pelanggan yang loyal
dan merasa puas akan pelayananperusahaan yang bersangkutan, berasal dari
hubungan perusahaan dengan pemerintahmaupun dengan masyarakat sekitar.
Relational capital dapat muncul dari berbagai bagiandiluar lingkungan
perusahaan yang dapat menambah nilai bagi perusahaan tersebut.Edvinsson seperti
yang dikutip oleh (Brinker 2000) menyarankan pengukuran beberapa halberikut ini
yang terdapat dalam modal pelanggan, yaitu:
a. Customer
Profile. Siapa saja pelanggan-pelanggan
yang kita miliki dan bagaimana mereka berbeda dari pelanggan yang dimiliki oleh
pesaing, kemudian hal potensial apa yang kita miliki untuk meningkatkan
loyalitas, mendapatkan pelanggan baru, dan mengambil pelanggan dari pesaing.
b. Customer
Duration. Seberapa sering
pelanggan kita berbalik pada kita? Apa yang kita ketahui tentang bagaimana dan
kapan pelanggan akan menjadi pelanggan yang loyal? Serta seberapa seringkah
frekuensi komunikasi kita dengan pelanggan.
c. Customer
Role. Bagaimana kita
mengikutsertakan pelanggan ke dalam desain produk, produksi dan pelayanan.
d. Customer
Support. Program apa yang
digunakan untuk mengetahui kepuasan pelanggan.
e. Customer
Success. Berapa besar
rata-rata setahun pembelian yang dilakukan oleh pelanggan.
Value Added Intellectual Coefficient (VAIC) adalah sebuah
metode yang dikembangkan oleh Pulic (1998, 1999, 2000), disebutkan bahwa nilai
pasar perusahaanterbentuk oleh capital employed
dan intellectual capitalyang terdiri
dari human capital dan structural capital.
Pulic (2000) menyarankan bahwa metode VAIC digunakan untukmemperoleh informasi
mengenai value creation efficiency dari aset berwujud (tangible asset) dan aset tak berwujud (intangible asset) yang dimiliki perusahaan. Mengukur efisiensi
perusahaan dengan tiga tipe input; physical financial capital, human capital,
dan structural capital, yang selanjutnya disebut Capital Employed Efficiency
(VACA), Human Capital Efficiency (VAHU), dan Structural Capital Efficiency
(STVA). Penjumlahan dari ketiga komponen tersebut yang menjadi nilai dari VAIC.
Dengan VAIC yang semakin tinggi memerlukan pengelolaan pemanfaatan potensi penciptaan
nilai perusahaan yang semakin baik. Chen
et. al (2005) meneliti secara empiris hubungan antara efisiensi value creation dan
valuasi nilai pasar dengan kinerja keuangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
IC berdampak positif terhadap nilai pasar dan kinerja perusahaan. Sementara
biaya iklan berpengaruh signifikan terhadap ROA dan ROE akan tetapi research
and development (R&D) berpengaruh signifikan terhadap ROE tidak berpengaruh
signifikan terhadap ROA. Selanjutnya penelitian Ulum (2008) menunjukkan bahwa
IC berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja perusahaan sekarang dan masa
depan. Penelitian Dumay dan Tull (2007) menyatakan bahwa pengungkapan dari
elemen-elemen IC dalam laporan keuangan pada perusahaan yang sensitif terhadap
harga dapat berpengaruh terhadap nilai cummulative abnormal return (CAR) pada
harga saham perusahaan, dan pasar lebih merespon pengungkapan elemen-elemen
kekayaan internal perusahaan. Pengungkapan biaya R&D dan keputusan
investasi pada R&D pada kenyataannya adalah lebih disebabkan karena masalah
perbedaan kepemilikan informasi atau adanya asimetrik informasi. Mengungkapkan
informasi R&D mungkin akan memberi signal bagi pesaing (Bhattacharya dan
Ritter (1983) dalam Dumay dan Tull (2007). Program R&D yang diungkapkan
secara detail akan menyebabkan perusahaan mengalami kerugian (competitive disadvantage), akan tetapi adanya
pengungkapan program R&D yang dapat meningkatkan kualitas hasil produksi
perusahaan atau dengan kata lain dapat meningkatkan profitabilitas jangka
panjang perusahan akan dapat membuat investor tidak segera untuk menjual saham
secara tergesa untuk mendapatkan keuntungan jangka pendek dari capital gain
saham. Biaya R&D merupakan sumber daya yang unik dan sulit ditiru yang
dapat menjadi suatu keunggulan kompetitif. Jika pasar percaya bahwa perusahaan tersebut
memiliki program R&D yang unggul, maka persepsi mereka terhadap nilai perusahaan
tersebut akan meningkat.
Menurut Warno (2011) dari hasil penelitian menambahkan
bahwa modal intelektual yang merupakan intangible assets perusahaan menjadi
aset yang sangat bernilai. Seiring
semakin bernilainya modal intelektual sebagai asset perusahaan,
memberikantantangan tersendiri bagi para akuntan untuk dapat
mengidentifikasikan, mengukur danmengungkapkannya kedalam laporan keuangan
perusahaan. Hal ini disebabkan sistem akuntansitradisional yang ada telah gagal
mengungkapkan asset ini.Secara umum modal intelektual dibagimenjadi tiga elemen
utama, yaitu: human capital yang mencakup pengetahuan dan keterampilanpegawai,
structure capital yang mencakup teknologi dan infrastruktur informasi
yangmendukungnya, costomer capital dengan membangun hubungan yang baik dengan
konsumen.Ketiga elemen ini akan berinteraksi secara dinamis, serta terus
menerus dan luas sehingga akanmenghasilkan nilai bagi perusahaan. Dalam hal
pengukuran, ada banyak konsep pengukuran modal intelektual yangdikembangkan
oleh para peneliti saat ini. Namun secara umum metode yang dikembangkantersebut
dapat dikelompokkan kedalam dua kelompok, yaitu: pengukuran non monetary (nonfinancial) dan pengukuran monetary (financial). Dari model-model pengukuran
yangdikembangkan masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga
menurut penulisuntuk memilih model mana yang paling tepat untuk digunakan,
merupakan tindakan yang tidaktepat, karena pengukuran tersebut hanyalah sebuah
alat yang dapat diterapkan pada situasi dankondisi perusahaan dengan spesifikasi
tertentu. Sedangkan pelaporan modal intelektualdilakukan dengan cara membuat
pengukuran yang tidak bersifat moneter dan melaporkannyasebagai sebuah suplemen
dalam laporan tahunan perusahaan. Suplemen tersebut dikenal denganistilah intellectual capital statement.
Daftar
Pustaka
Wijayanti,
Puput, 2013, ‘Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Harga Saham Melalui
Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Pada Tahun 2009-2011’, Universitas Brawijaya
Gunawan,
Cecilya, 2013, ‘Pengaruh Intellectual Capital Terhadap Traditional Measure Of
Corporate Performance dari Badan Usaha Manufaktur Yang Go Public Di BEI Periode
2009-2011’, Jurnal Ilmiah Mahasiswa,
Universitas Surabaya
Hendriani,
Susi, 2008, ‘Modal Intelektual (Intellectual
Capital) Dan Kepuasan Kerja Karyawan’, Universitas Riau
Mohamad N.,
Dewantara S.Y., 2012, ‘Analisis Pengaruh Komponen Intellectual Capital Terhadap
Kepercayaan Dan Reaksi Investor : Studi Kasus Perusahaan Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia’, Diponegoro Journal
of Accounting, Vol.1, No.2, Hal.1-15
Poppy D.,
Bambang A., Ascaryan R., 2013, ‘The Trend And Variation Of Intellectual Capital
Disclosure At Bank Industries In Europe’, Journal
of Economics, Business and Accountancy Ventura, Vol.16, No.1
Warno, 2011,
‘Intellectual Capital : Perspektif Pengakuan, Pengukuran Dan Implementasi’, Jurnal STIE Semarang, Vol.3, No.3
Deri P.,
Putiri B., Shanti K., 2013, ‘Analisa Hubungan Intellectual Capital Terhadap
Business Performance pada Industri Manufaktur’, Jurnal Teknik Industri, Vol.1, No.3, Hal.265-271
Ceicilia B.,
Josepha C. ,2011, ‘Intelecctual Capital dan Ukuran Fundamental Kinerja Keuangan
Perusahaan’, JurnalAkuntansi dan Keuangan,
Vol.13, No.2
Ulum, Ihyaul,
2008, ‘Intellectual Capital Performance Sektor Perbankan Di Indonesia,’
Universitas Muhammadiyah Malang
Tjiptohadi S.,
Agustine P., 2003, ‘Intellectual Capital : Perlakuan, Pengukuran, Dan Pelaporan
(Sebuah Library Research), Jurnal
Ekonomi Akuntansi, Vol.5, No.1, Hal.35-37
Maharani,
Gresilia Putri, 2014, ‘Analisis Pengaruh Modal Intellectual Terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan BUMN yang Go Public’,
Jurnal Ilmu Manajemen, Vol.2, No.1